Jakarta – Wall Street Dibuka Turun Tajam pada perdagangan semalam tanggal 10 maret 2025. Hal ini menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan terjadinya resesi global yang semakin menguat. Penurunan ini terjadi akibat dari kebijakan dari presiden donald trump yang berpotensi menyebabkan perlambatan ekonomi yang dapat menyebabkan resesi.
Index DJI (Dow Jones Industrial Average) menunjukan penurunan sebesar 1,08%. Sementara index S&P (SPX) juga turun sebesar 1,44%. Dan index yang mengalami penurunan paling tajam adalah Nasdaq Composite (IXIC) dengan penurunan sebesar 1,96%.
Seperti yang telah di ketahui, presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap barang yang berasal dari meksiko dan juga kanada. Hal ini menunjukan ketidakjelasan pasar perdagangan akan di bawa kemana oleh presiden donald trump.
Kekhawatiran semakin menguat ketika beliau yang enggan mengatakan atau memberikan kepastian soal resesi AS dalam sebuah wawancara dengan Fox News dalam acara Sunday Morning Futures. Ketika mendapat pertanyaan apakah AS akan memasuki masa resesi. Beliau hanya mengatakan bahwa saat ini kondisi AS sedang dalam masa transisi di karenakan perubahan besar yang sedang terjadi dalam kabinet kerjanya.
Baca Juga: IHSG Di buka Melemah di 6.502, Hampir Semua Sektor Turun
Wall Street Dibuka Turun, Perang Dagang Antara AS dan China
Selain menerapkan tarif yang cukup tinggi terdapat barang dari meksiko dan kanada. Donald Trump juga menerapkan tarif bea masuk atas barang dari china. Hal ini juga mendapatkan respon dari china dengan menerapkan bea masuk atas barang dari AS.
Dilansir dari Investing, Trump di kabarkan akan menerapkan tarif resiprokal global pada tanggal 2 april 2025. Hal ini di yakini akan membuat kepercayaan pasar semakin menurun. Index inflasi IHK AS akan di rilis pada tanggal 13 maret 2025 mendatang. Hal ini akan mencakup inflasi selama 1 bulan penuh sejak trump menduduki gedung putih pada bulan januari lalu.
Sebenarnya inflasi AS sempat tercatat melaju tinggi pada bulan agustus 2023 lalu. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global. Saat ini perhatian pasar masih tertuju pada laporan keuangan perusahaan teknologi terbesar yang di kabarkan akan di rilis pada pekan ini.